
Seorang gadis afrika ini sedang bersusah payah menyeret tubuh tulang belulangnya ke pusat pembagian makanan, kulitnya yang diliputi pigmen hitam legam sangat eksotis terpajang di dalam foto, hasil bidikan seorang fotografer handal mas Kevin Carter.
Tak cukup itu, seekor burung bangkai berdiri tegak memandang korban incaran pengisi perutnya. Bulu hitam dan paruh kokoh menjadi pelengkap rasa artistik foto peraih Pulitzer sebagai penghargaan tertinggi bagi jurnalis. Namun sayang, mas Kevin terlalu asyik membidik, dia lebih memilih jiwa profesionalitas kerja dibanding jiwa sosial anugerah Tuhan bagi seorang manusia sepertinya. Terlambat... gadis kecil sudan yang kelaparan ini, tak kuasa menahan laju jantungnya agar tetap berdenyut, dia tewas.. karena perang yang justru dikabarkan untuk mencari kedamaian.
Setahun kemudian, Kevin Carter terbunuh oleh rasa sesalnya, telah menjunjung profesionalisme dan mengabaikan rasa kasih sayang sesama mahkluk Tuhan. Dengan sengaja ia mengalirkan gas CO dari knalpot mobil ke dalam ruangan pribadinya.
Foto ini selalu mengingatkan akan tragedi kemanusiaan di Afrika dan tragedi dalam dunia fotografi itu sendiri, keduanya memang tidak bisa dipisahkan.
mana yang harus dipilih, profesionalisme vs kemanusiaan ??
tersentuh saat melihat gambarnya... mengenaskan sekali
ReplyDeleteMenyedihkan sekali...
ReplyDeleteko masih ada ya negara yg punya rakyat seperti itu...aku masih bersukur lah...
ReplyDeleteLah profesionalisme + rasa kemanusiaan kayaknya lebih cocok mbak :D . kan pas lagi moto-moto ada sedikit makanan, lalu dikasih cewek tadi. beres kan ??? hehehehe
ReplyDeletedilematis juga, ya,jeng tugas seorang jurnlais. selalu ada pertarungan kepentingan; antara profesi dan nilai kemanusiaan ketika sedang menghadapi situasi yang sarat konflik semacam itu.
ReplyDeleteih ngeri bgt...
ReplyDeleteSaya juga pernah dengar cerita dibalik foto ini.
ReplyDeleteSeperti pendapat dari Oscar Matuloh di Kick Andy, saat petugas medis belum datang ato belum ada orang lain yang membantu, maka si jurnalis musti dan wajib memberikan bantuan terlebih dahulu.
foto ini sudah cukup lama kulihat, namun arti dan cerita di balik foto ini akan terus ada dan berulang sepanjang sejarah manusia...
ReplyDeletememang itulah pilihan hidup :(
ReplyDeletesaya sebagai jurnalist berpendapat antara profesionalisme dan kemanusian harus lah seimbang, namun dalam foto tersebut dalam dunia jurnalistik adalah berita yang sangat bagus, walaupun mengesampingkan kemanusiaan. Kalau tidak ada berita dari foto tersebut,pihak pemerintah maupun negara lain tidak akan turut menangani masalah tersebut... Hidup Pers :Dv
ReplyDeleteya, foto ini bagus sekali. tapi kalo nggak salah setelah dia mendapatkan penghargaan ini, sang fotografer bunuh diri karena menyesal telah mengabadikan gambar ketimbang menyelamatkan nyawa si anak. bukan begitu?
ReplyDeletesalam kenal (lupa ngucapin) hehe...
ReplyDeletemain ke blog saya mbak
Wagh..
ReplyDeleteKasiann banget yagh...
Kalo gitu nanti saya kirim daging saya k sana...
Biar sy kurus....
Balik yagh ke www.tandud.wordpress.com
Tegaaaa .....
ReplyDeleteTegaaaa .....
ReplyDeletepoto karya Kevin Carter yang lain nggak di pajang jeng?
ReplyDeletebanyak tuh
emang yang dapet pulizer poto yang diatas
ReplyDeletewah gambar nya sangat memprihatinkan
ReplyDeleteterima kaish sudah mampir ke the goboek maya kawulo menbarkan hati artikelnya
wah...
ReplyDeletesebuah tulisan yg berbobot
setidaknya dengan hasil kerja sebagai jurnalis bisa menyampaikan fakta kepada pihak lain, bahwa beginilah realitas yang ada.
ReplyDeletesaya juga pernah mengangkat isu ini, tapi isu lokal aja...
ReplyDelete, dan memang terjadi perdebatan yang cukup panjang dan pastinya tidak akan selesai..
linknya di http://asruldinazis.wordpress.com/2008/09/16/wartawan-itu-tanpa-perasaan-yah/
Masya Allah...
ReplyDeleteAna lebih milih yang kemanusiaan aja...
Karena ana di ciptakan oleh Allah tuk menjadi manusia yang memanusiakan manusia...
:)
iya mas arul, aq prnh liat di kick andy wktu itu, jurnalis yg meliput tragedi zakat di pasuruan akhirnya lebih memilih menolong para korban dibnding mngambil gambar,, kdg qt dihadapkan pada pilihan yg sulit
ReplyDeleteya ampun...
ReplyDeletesadis banget... :(
jadi sedih :( :(
idealnya profesionalisme sbg jurnalisme, jangan smpai mengorbankan sisi humanismenya...
ReplyDeleteralat jurnalisme ganti dengan jurnalis
ReplyDeletesumpah,,aing ngeri liat ntu poto,,,
ReplyDeleterasnya kasian banget,,tapi mw bantu juga gimana yah???
eniwei,,salam kenal donk,,kunjungan baliknya ditunggu yah,,,
Trenyuh sekali aku melihat ini ...mudah mudahan tidak menimpa negeriku
ReplyDeleteHufff... kasihan banget ngeliatnya... :(
ReplyDeletewih.. fotonya horor bangetz, mana burungnya udah nunggu tuh anak mati lagi kayakna..
ReplyDeletebarangkali begitulah fotografer...dia seorang penyaksi....dia memberikan kesaksian mengenai peristiwa lewat sebuah gambar.....terkadang kita masih bisa menyaksikan sebuah peristiwa di saat genting..seperti saat tsunami dulu..di tengah kepanikan masih ada yang mau mneyempatkan diri mengambil gambar...itulah bahasa dia...bahasa gambar....salam kenal....
ReplyDeletepertama liat poto-nya komentar saya : sapa sih yang motret? kok tega banget
ReplyDeletebegitu saya baca saya berkomentar lain : sebenarnya sisi profesi dan kemanusiaan bisa berjalan seiring sehingga tidak perlu gadis kecil itu meninggal dengan berada didekat orang yang kenyang (kevin).
untung saya bukan jurnalis. hehehehe...
udah ah jeng... mau ngopi dulu... :D
kemanusiaan...
ReplyDeleteseharusnya ditolong tu cewe, kasian..masa tega2x cm foto doank. ga punya rasa kemanusiaan tuh fotografernya
ReplyDeletemalang bener tuh cewe.
ReplyDeletenasi telah menjadi bubur Vin!
ReplyDeleteAku kok melihatnya dari sudut pandang lain ya. Bahwa dengan mengabadikan kejadian tersebut, Kevin Carter seolah ingin menggedor rasa kemanusiaan orang yang melihat fotonya. Kalau tidak diabadikan begitu, bagaimana hal tersebut bisa tersiarkan?
ReplyDeleteBukankah tidak semua orang bisa ke Afrika? Dan kalau pun ke Afrika, bukakah tidak semua orang bisa tepat menyaksikan kejadian tersebut?
Kebenaran tetap mesti ada yang menyampaikan. Agar efeknya lebih luas. Tidak dirasakan secara individu.
Namun ini memang yang kerap dialami dalam kerja jurnalistik. Saat perang, saat mendatangi lokasi kecelakaan, maupun bencana alam.
begitulah, kadang prestisi lebih penting daripada charity :(
ReplyDeletesesuatu dilematis buat seorang jurnalis profesional antara memilih content yang sempurna dengan jiwa kemanusiaannya..
ReplyDeletedaripada dibiarkan begitu saja lebih baik dibunuh saja biar mengurangi penderitaannya selama ini, mungkin dia akan hidup tenang dialam selanjutnya :D
ReplyDeletemiris banget liat nya
ReplyDeletefiuh...miris banget yaks... :-(
ReplyDelete*dah tak link tuch* :D
rasa sesal memang selalu datang belakangan, maka berpikirlah secara jernih sebelum melakukan sesuatu
ReplyDeleteAkhirnya nyesel kan.. momen yg hebat susah didapat, ternyata beneran meninggal..
ReplyDeletepayah si kevin..maunya njepret trus publikasi dapet duit..gak mikir nasib yang di jepret
ReplyDeleteItulah dilema menjadi seorang jurnalis, mana yang akan dipilih ............
ReplyDeletesalam kenal mbak..
Waduh jeng...
ReplyDeleteKita semua yang disini termasuk beruntung meski gak punya duit.
Kalau aku pas ada disana kuhalau burung itu anaknya kubawa lari ke rumahku
@Balisugar : ya gitu jenk naluri seorang emak yg hrs slalu mlindungi anak, beda ma potografer ya jenk..
ReplyDeleteYup, saya setuju dengan kamu.
ReplyDeleteDilematis memang, padahal sebenarnya jawabannya telah ada. Hanya saja manusia itu sendiri yg membuat pilihan itu sulit.
Mas Kevin Carter banyak dijadikan idola oleh potograper propesional jaman sekarang lho...
ReplyDeletematur nuwun...
Maap oot, begitulah kejamnya kehidupan di afrika. Benua hitam itu menjadi neraka karna ulah amerika n sekutunya dg sgala tipu daya, mengadu domba antar suku, agama, bangsa di afrika hanya demi emas, intan, minyak belaka. Omonk kosong itu pbb n amrik. Salam kenal, mbaaak!
ReplyDeleteakhirnyah sampejuga di blog keyen inih!!!
ReplyDeletekadang manusia terlalu egois selalu ingin dapet apa yang dia mau tanpa peduli apa yang terjadi dan yang akan terjadi nanti!!
Saya sering mengorbankan profesionalisme demi urusan sosial, juga sering demi kepentingan keluarga...
ReplyDeleteakhirnya seringkali saya dianggap kurang profesional... piye jal ki???
Foto ini merupakan inspirasi saya untuk bekerja di bidang kemanusiaan di daerah konflik. Pertama kali melihat di kompas, saya langsung menggunting dan menempel di dinding kamar sebagai pengingat (I was working in Aceh and Sri Lanka after tsunami).
ReplyDeleteSebelumnya saya pernah membaca debat di sebuah forum LN tentang pro-kontra serupa. Banyak yang menyalahkan si fotografer sebagai raja tega, tidak punya hati, mementingkan diri sendiri dll... Namun, sesungguhnya, kita tidak boleh menghakimi tanpa tahu keseluruhan cerita.
Untuk mereka yang bertugas di daerah serupa, ada instruksi untuk tidak bersentuhan langsung atau memberi makan pengungsi karena adanya wabah penyakit menular. Selain itu, mereka yang dalam keadaan extreme-hunger seperti ini tidak boleh langsung diberi makanan berat2x, semisalnya saja Kevin waktu itu memiliki sandwich atau bekal makanan lain, ia tak boleh memberi makanan begitu saja karena justru bisa membunuh si anak itu (ini yang saya baca di forum itu ya). Mungkin sama seperti saat kita berpuasa seharian, saat berbuka, perut harus pelan2x menerima asupan makanan agar tidak 'kaget'.
Ini pun dilematis, mengacuhkan pengungsi dalam kondisi kritis seperti yang dilakukan Kevin atau tertular penyakit mematikan?...
Kalau tidak salah (masih dari forum tadi), Kevin berusaha mengusir burung2x liar itu, sambil menunggu datangnya bantuan dari profesional, namun sayang semua terlambat. Dalam praktek, banyak sekali dilema2x etika dan moral yang dijumpai (berdasarkan pengalaman pribadi di lapangan loh).. I feel so sad for him and for the poor child.
BTW, Salam kenal :D
pernah juga saya melihat dilema-dilema seorang jurnalis dalam tugas peliputannya di Kick Andy. pasti kok, setiap jurnalis akan tersentuh hati nuraninya, cuma kadang2 mereka gak bisa berbuat banyak untuk peristiwa2 kemanusiaan seperti itu..
ReplyDeleteSebuah tragedi kemanusiaan. Salut buat yang foto. Semoga karyanya mampu menyadarkan manusia akan sesama.
ReplyDeleteburungnya itu lhoo.. kok kayak mo makan idup2 yachh.. dasar burung ga tau aturan !
ReplyDeleteslmt siang dan salam kenal selalu dari Sidoajo.
ReplyDeletesalamku,
langitjiwa.
jawabnya adalah kedua-duanya. why not? dengan profesionalitas seorang fotografer, jadilah foto yang beremosi dan menggugah kesadaran org lain yang melihatnya.. saya rasa si fotografer punya niat kesana. Bela-belain datang ke sudan, dst... dan 'kecelakaan' kecil yg terjadi telah tertebus dengan efek hasil karyanya yang lebih positif..
ReplyDeletesyukurlah blogger itu hanya sebuah hobby, bukan profesi yang menuntut ... kecuali tggungjwb tentunya :D
ReplyDeletekita bersyukur ya negara kita gak ada kayak gitu...
ReplyDeleteMiris... mengerikan...
ReplyDeleteSalam Kenal Mbak Dhetea
ReplyDeleteWiiiiiiiiiiii
ngeriiiiiiiiii wedi aku bayangke
terima kasih postingan yang mencerahkan dan membuat saya harus sujud dan bersyukur atas keadaan saya ini di banding yang terlihat serta harus bercermin dan mawas diri dengan keadaan dan mari kita saling peduli
ReplyDeletesalam kenal salam hormat
Walah Mas Jauh dimata udah mampir ke sindang ogh. . . !
ReplyDeleteMoga sukses dueh buat fotografernya. . . !
66 Comments ? Selamat hehe
ReplyDeleteketika memang .... hati atau hati...
ReplyDeleteJurnalistik memang harus memilih instink untuk memberikan laporan yang tidak memihak pada khalayak, karena setiap kali jurnalis menolong sesama (saat perang dsb nya), maka kita tak akan pernah ahu apa yang ada di daerah sana.
ReplyDeleteYang Paling baik adalah Jurnalistik demi kemanusiaan, dan Kemanusiaan di sampaikan oleh Jurnalis, agar masyarakat dunia pada mendengar tentang pentingnya kemanusiaan.
ReplyDeleteSaya tahu tragedi kemanusiaan di Afrika dan tragedi itu saya tahu setelah ada dalam dunia fotografi seorang jurnalis juga.
Makasih atas atentionnya
wahh nenes banet ya lihatnya.....
ReplyDeleteyaoloh maksud saya ngenes banget ya.....
ReplyDeleteingat kejadian waktu jatuhnya pesawat lion air di kuburan kalo nggak salah...
ReplyDeletesi jurnalis mlah menyorot korban jatuhnya pesawat dibandingkan menolong si korban...
ada sebuah anekdot di dunia jurnalis. bahwa, jika ada seorang fotografer tewas karena kecelakaan sekalipun, yang akan dilakukan oleh jurnalis tadi adalah langsung bangkit mengabadikan momen di mana ia tewas tadi. tentu saja bukan jurnalis hidup yang mengambil gambar, tapi rohnya. ini sebuah anekdot, bahwa mereka harus menomor satukan ''memfoto''.
ReplyDeleteitu mungkin yang terjadi dengan foto di atas. tapi setelah itu, kevin carter pasti membantu obyek fotonya. jika wanita afrika itu akhirnya meninggal, bukan karena fotografernya keasyikan memotret. bukan...
ironis banget kalo begitu..
ReplyDeleteyang ditunggu dari postingan ini adalah apa pendapat dari si jenk ini? ... saya kira itu lebih baik. :)
ReplyDeleteya Allah.. parah banged tuh..
ReplyDeletekalo gw mah pilih kemanusiaan ajje deh..
kesian banged tuh anak....
Sering banget ni gambar, bunuh diri pun terasa percuma
ReplyDeletesotoy mode : on
penyesalan selalu datang terlambat
ReplyDeleteTema ini juga pernah diangkat dalam acara Kick Andy. Andy Noya juga menanyakan dimanakah letak sisi kemanusiaan wartawan/jurnalis? Kebetulan saat itu yang diundang wartawan saat tragedi trisakti. Dia sempat mengambil gambar seorang mahasiswa yang terkapar.
ReplyDeleteKetika ditanyakan kepadanya, "Kok anda malah mengambil gambar, bukan malah menolongnya?"
"Khan udah banyak orang, saya yakin pasti akan ada yang menolongnya." Jawab sang wartawan.
See!? Milih ambi gambar dulu or nolong dulu? Kembali kepada pribadi masing-masing kali ya. atau melihat kondisi/situasi saat itu. :)
Benar suatu tragedi kemanuasiaan yang memilukan. Pantaskah professionalisme tetap dijunjung dalam keadaan seperti ini? Lalu dimana hati nurani kita sebagai sesama manusia?
ReplyDeleterasa kemanusiaan harusnya tetep dijunjung juga... jangan menjadi egois.
ReplyDeleteada saatnya profesionalisme mengalah dengan hati nurani, ini saat nya
ReplyDeleteEh, saya juga gak tau persis apakahs ebagai seorang wartawan atau fotografer dalam kondisi perang, boleh memberikan bantuan kepada warga yang sedang mengalami peperangan.
ReplyDeleteJika memang boleh, tentunya setelah mengambil foto, bisa menolong anak tersebut dari incaran burung pemangsa...
Hanya satu pintaku;
ReplyDelete"Semoga Allah tidak menimpakan azab itu kepada bangsa Indonesia"
singkat padat.. menarik.. salam kenal ya mbak..
ReplyDeletependapat saya, jangan sampai tragedi kemanusiaan terjadi hanya karena menjunjung nilai keduniaan dengan topeng "profesionalisme" dan mengabaikan anugerah Tuhan pada seorang manusia berupa hati nurani ...
ReplyDeletesalam,
Jenk Dhetea :D
kemanusiaan adalah harga untawarable!! Profesionalism harus mengalah dulu...
ReplyDeletewih melihat kondisi yang seperti itu kok bisa ya..
ReplyDeleteapa mereka ga perna makan?
diaman orang tuanya?
kasihan sekali
He he he...
ReplyDeletekalo di Indonesia, jurnalisnya banyak yang dihadapkan pada dilema ; Profesi dan Perut sendiri
Seperti kejadian baru baru ini di Indonesia sewaktu ada kericuhan saat pembagian Zakat, beberapa wartawan sibuk dengan pengambilan gambara yang baik guan memenuhu citra diri sebagai jurnalis handal dan melupakan kemanusiaan dengan tidak menolong para korban.. (memang tidak semua ad beberapa jurnalis yang merelakan momen bagus untuk menolong sesamanya)
ReplyDeleteBaru kali pertama saya kesini dan langsung candu. Tulisan2x enak sekali. Bisakah sy belajar pada Anda? sy sdang bljar menulis yg baik. Smoga berkenan memberikan masukan dan saran pada saya.
ReplyDeleteTerus terang, membaca tulisan Jeng Dhetea membuat semangat saya meningkat. Semoga, sekali lagi, Jenk ada waktu mengunjungi weblog kami.
OMG! OMG! OMG! OMG! OMG!
ReplyDeleteEmang tulisannya Jenk Dhetea keren abis, kalo suruh milih profesional atau kemanusiaan sih pilih dua2 nya... :-)
ReplyDelete@Daniel Mahendra
ReplyDeleteaku setubuh ama om danies
sebenarnya manusia selalu berada dititik terendah dari rantai kehidupan....
ReplyDeletesalam kenal...:D
Astagfirullah....
ReplyDeleteSedih banget liahatnya....
saya suka sama tulisan2 nya mba....
salam kenal mba ^_^
makasihh... i really apreciate :D
Delete